DUNIAKU
Malam ini, aku mulai
mengambil pena seperti biasa dan duduk pada kursi diteras atas depan kamarku sambil
melihat bintang yang begitu terang menerangi malam. Indra penglihatanku mulai berjalan
menatap bintang sambil mengukir indahnya bentuk yang tergambar dilangit sana,
terus kulukis kata demi kata apa yang tertangkap oleh mataku dalam sebuah buku
yang selalu menemaniku saat-saat aku ingin sendiri dan melayang jauh kemana aku
ingin berimajinasi. Yup, inilah aku. Seorang gadis yang selalu bercerita dalam
sebuah buku kecil yang kuberi nama MBF (My Best Friend). Dia seperti sahabat
buatku, dan teman selalu mengerti aku. Tanpa mengeluh dan selalu ada tempat
kosong yang disediakannya untukku, agar aku bisa menulis semua yang aku mau.
Entah berapa banyak buku yang sudah kuhabiskan untuk menuangkan episode cerita
yang kini terjilid rapi diatas rak bukuku dari umurku 12 tahun hingga saat ini
yang sudah menginjak usia 18 tahun. Sebuah puisi yang tercuri dari khayalku
malam ini,
Disini, aku duduk terdiam..
Tanpa lelah memandangmu yang begitu indah..
Terkadang aku ingin terbang..
Hanya untuk bersamamu lebih dekat..
Tapi sekejap ku menjadi
kecewa..
Ketika sadar bahwa
itu hanya angan belaka..
Namun entah
mengapa selalu saja..
Aku menanti sang malam..
Agar dapat
bersamamu meski dari kejauhan..
Karena cahayamu yang selalu..
Berikan arti setiap kata yang tidak
kumengerti..
Indahnya bentukmu yang jauh..
Mampu membuatku merasa indah ketika
dibawahnya..
Aku ingin memetikmu untuk menemani tidurku..
Oh bintang kecilku..
Oppppss, gak terasa lumayan
lama aku diteras. Dua jam sudah hanya untuk memandang bintang dan menulis
sebuah puisi yang tergolong sederhana itu. Sekarang saatnya aku tidur karena
besok akan menjalani aktifitas seperti biasa. Dan malam ini aku bisa tertidur
lelap karena sudah menuangkan semua angan dari a sampai z hingga terbentuklah
sebuah puisi yang menjadi saksi.
Tring..Triing..Triiing...suara
alarm menunjukkan jam 05.00. Wah gawat, suara adzan pun aku tak dengar karena
tadi malam lembur, hiihiii. Inilah yang aku alami dirumah kalau mama tidak ada,
karena biasanya mama yang bangunin(maklum manja). Cepat-cepat sholat subuh dan
siap-siap seperti biasa. Sudah merasa cantik, akupun turun dan langsung menuju
meja makan tanpa banyak bicara langsung makan satu roti dan minum susu yang sudah
disediakan bi Inem yang udah lama banget kerja dirumahku, jadi sudah terasa
seperti keluarga sendiri. Sering aku menjaili bi Inem dengan tingkahku yang
manja minta ampun dan alhasilpun akhirnya aku bisa buat bi inem ketawa yang
gampang banget tertawa walaupun kadang-kadang bukan sesuatu yang lucu. Hehehe..
Dalam perjalanan menuju
kampus, lagi-lagi aku terus mencoba menyusun unsur-unsur kata yang berkecimpung
tanpa permisi diotakmu. Untuk menjadikannya nyaman, terpaksa aku jadi tukang
parkir dan membuatnya agar terlihat lebih bermakna. Ditambah lagi ketika
melewati sawah dan burung yang berterbangan dengan riang, makin banyak
kalimat-kalimat liar yang datang hingga membuatku menginjakkan rem mobil dan
sejenak memandang keindahan alam pagi ini. Mencuri waktu hanya untuk memanjakan
khayalan dan menulis beberpa kalimat di MBF. Hehehe..Lamunanku buyar ketika ada
suara klakson mobil yang tidak asing lagi buatku. Dia adalah hhhmmm, kekasihku
yang sejak kami SMA sudah mengenal satu sama lain dan memberanikan untuk saling
mengikat dengan tali pertunangan ketika menginjak bangku kuliah, tentunya yang
sudah dapat restu dari orang tua.
Berlagak manja dan sok tidak
tahu dan akhirnya dia yang menyapaku duluan, hihihi. “Sayang, pasti seperti
biasakan. Yuk kekampus naik mobilku, mobilmu biar Pak Hasim (tukang kebun yang
merangkap jadi sopirku kadang-kadang dirumahku) yang bawa”. Senyum manja “Kok kamu
bisa sama Pak Hasim sih yank ?”. Dengan pelan dia menjelaskan “Tadi pas mau
jemput kamunya berangkat duluan, terus aku tahu pasti kamu berhenti disini
yaudah aku bawa Pak Hasim aja”. Tanpa banyak protes karena senang kamipun
langsung berangkat kekampus bersama, so swiiitkan..hyoohoo..
Ya begitulah aku dan Ferdy,
sepertinya tidak ada hari tanpa bersama walaupun cuma beberapa menit. Saat ini
aku dan Ferdy sama-sama kuliah di kampus sama yang berbeda fakultas. Ferdy
mengambil jurusan Teknik Informatika dan aku mengambil jurusan kedokteran yang
merupakan cita-citaku sejak kecil. Semua yang aku mau harus selalu aku dapatin,
tidak peduli alasan apapun dan sepertinya orang tua sangat mengerti aku karena
selalu memberikan semua kebutuhan yang aku mau. Tapi ada satu keinginan yang
tidak pernah terwujud, aku ingin memiliki saudara, kakak ataupun adik tapi itu
tidak pernah bisa terwujud hingga saat ini karena waktu mama melahirkanku dia
harus menjalani operasi dan tidak diperbolehkan dokter keluargaku untuk melahirkan
kedua kalinya yang akan membahayakan kesehatan mama. Karena alasan itu, orang
tua sangat menyayangi dan memanjakanku.
Aku sering merasa kesepian
karena mama dan papa sering keluar negeri untuk urusan bisnisnya, kadang aku
merasa benci dengan keadaan ini namun aku juga mengerti bahwa semua itu juga
untuk aku. Itulah salah satu alasan kenapa aku menjadi seorang penghayal dan
penulis diary yang episodenya tanpa akhir dari sebuah cerita. “Udara pagi ini
segar ya dek ?”, menoleh kearahnya sambil senyum dan menjawab “Iya bg”.
Panggilan aku dan Ferdy berubah, bisa apa aja yang penting hati senang. Karena
dia bukan hanya seorang kekasih buatku tapi juga seorang kakak, sahabat, kadang
juga jadi sopir pas waktu kayak gini, hihihi. Sambil memandang kearah sawah
yang terbentang luas “Pelan-pelan bawa mobilnya Pak Supir”, terdengar tawa yang
sangat kusuka dan bisikan halus “Iya ratuku”.
Tidak terasa 20 menit dalam
mobil yang diisi dengan canda dan tawa akhirnya aku dan Ferdy sampai kekampus.
Aku dan Ferdy pun berpisah dilobby ketika harus menuju kelas masing-masing
“Istirahat kantin biasa ya bu”, sambil berjalan “Siap bos”. Tepat pukul 07.20
aku datang kekelas dan terlihat disana seorang gadis yang sibuk entah apa yang
sedang dilakukannya. Dia yang selalu mengingatkanku ketika aku salah, menerima
aku sebagai soulmatenya dengan semua kelemahan dan apa yang aku miliki atau
yang tidak aku punyai. Dia adalah Tika gadis cantik, baik, lucu juga
kadang-kadang, selalu ada waktu untuk menggila bersamaku, dan terpenting dia
adalah sahabat yang selalu mengerti aku. Karena kelembutannya itu, dia salah
satu gadis yang menjadi incaran semua cowok dikampus dan ketika bersamaku
alhasil kami diberi gelar dua ratu pinang belah dua, ada-ada saja istilah
mereka untuk kami. Tapi walaupun begitu, kami telah menjatuhkan hati
masing-masing kepada pria yang begitu sempurna bagi kami berdua. Pacar Tika
sendiri adalah Ary yang merupakan sahabat Ferdy, jadi waktu kencanpun kami juga
sering sama-sama.
Masih ada waktu beberapa
menit untuk sedikit bercanda dengan sahabat yang kusayang ini. Tanpa banyak
bicara langsung saja aku menyodorkan puisi yang kubuat tadi malam, dan Tika pun
langsung membacanya seperti seorang kelaparan yang menunggu makanan datang.
Setelah beberapa menit, Tikapun berkomentar yang tidak jauh berbeda dengan
pikiranku tadi malam. Tiba-tiba bu dosen datang yang membuyarkan konsentrasi
khalayan aku dan Tika. Pelan tapi pasti bu Rina mendekatiku dan Tika, seperti
yang kupikirkan dia menanyakan puisi terbaruku. Maklum, bu Rina ini salah satu
penggemar puisi yang ku ciptakan (seperti artis saja pakai penggemar segala).
Dan seperti biasa, kuberikan beberapa puisi yang telah berhasil kubuat hasil
dari rampasan kamus dikepalaku.
Setelah usai mata kuliah
pertama hari ini yang menyenangkan buatku, akhirnya aku dan Tika pergi kekantin
biasa. Dalam perjalanan tidak ada sedetikpun yang terlewati tanpa cerita lucu
terkadang lumayan konyol yang keluar dari bibirku atau Tika. “Ya, pangeran kita
sudah menanti rupanya” dan sambil melihat kearah yang ditunjukkan oleh ibu jari
Tika aku menjawab “Iya, tadi Ferdy bilang sms udah nunggu tapi lupa bilang
kamunya. Abisnya kita asyik sendiri, coba gih liat Hpmu pasti Ary juga sms”.
Tanpa banyak komentar dan Tika membuka Hpnya, beberapa detik kemudian terdengar
suaranya yang membaca sms dari pacarnya. “Cintaku, cintamu sudah menunggu tempat biasa”. ”Nahkan, apa yang kubilang” dan kamipun
bergegas menuju kantin. Seperti pangeran yang sedang menunggu permaisurinya
Ferdy dan Ary bersamaan mengucapkan kalimat yang sama “Sayang gak perlu pesan,
makanan kesukaan kamu udah dipesan dan bentar lagi datang”. Aku dan Tika hanya
tertawa dan tersenyum manja kepada mereka. Saat-saat seperti ini memang sering
terjadi, tidak hanya dikantin. Ditempat lain, seperti restoran, rumah, dan lain-lain
juga selalu seperti itu. Ada saja kejutan dari mereka berdua untuk kami yang
membuat kami semakin cinta. Hohoho..
Mata kuliah terakhir pun
selesai, aku dan Ferdy cepat-cepat pulang. Sampai dirumah, ternyata mama dan papa
sudah pulang. Senangnya rasa hatiku, karena sudah satu minggu mama dan papa
tidak dirumah dan lamanya seperti satu tahun saja. Langsung kupeluk mama papa
dan mencium keduanya, seperti biasa selalu ada oleh-oleh untukku yang tanpa
diminta selalu ada setiap kali mama papa bepergian. “Sayang, nih sweater couple
buat kamu sama Ferdy” kata mama, akupun langsung membuka bungkusnya “Waah keren
banget ma, siapa yang memilih mama atau papa ?” Tanyaku setelah melihat sweater
itu. Mamapun menjawabnya sambil membelai rambutku “Mama papa dong yang memilih,
sukakan ?” sambil tertawa aku menjawab “Mama ma Papa masih gaul juga ya”,
terdengar Ferdy menimpali “Huss kamu nie dek, Mama Papa pun dibilang gitu” dan
ruangan pun penuh dengan suara tawa dan canda kami.
Bersambung ,.
Bersambung ,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar