Senin, 16 April 2012

Kekuatan dari Kelemahanku


DUNIAKU

Malam ini, aku mulai mengambil pena seperti biasa dan duduk pada kursi diteras atas depan kamarku sambil melihat bintang yang begitu terang menerangi malam. Indra penglihatanku mulai berjalan menatap bintang sambil mengukir indahnya bentuk yang tergambar dilangit sana, terus kulukis kata demi kata apa yang tertangkap oleh mataku dalam sebuah buku yang selalu menemaniku saat-saat aku ingin sendiri dan melayang jauh kemana aku ingin berimajinasi. Yup, inilah aku. Seorang gadis yang selalu bercerita dalam sebuah buku kecil yang kuberi nama MBF (My Best Friend). Dia seperti sahabat buatku, dan teman selalu mengerti aku. Tanpa mengeluh dan selalu ada tempat kosong yang disediakannya untukku, agar aku bisa menulis semua yang aku mau. Entah berapa banyak buku yang sudah kuhabiskan untuk menuangkan episode cerita yang kini terjilid rapi diatas rak bukuku dari umurku 12 tahun hingga saat ini yang sudah menginjak usia 18 tahun. Sebuah puisi yang tercuri dari khayalku malam ini,

Disini, aku duduk terdiam..
Tanpa lelah memandangmu yang begitu indah..
Terkadang aku ingin terbang..
Hanya untuk bersamamu lebih dekat..
Tapi sekejap ku menjadi kecewa..
Ketika sadar bahwa itu hanya angan belaka..
Namun entah mengapa selalu saja..
Aku menanti sang malam..
Agar dapat bersamamu meski dari kejauhan..
Karena cahayamu yang selalu..
Berikan arti setiap kata yang tidak kumengerti..
Indahnya bentukmu yang jauh..
Mampu membuatku merasa indah ketika dibawahnya..
Aku ingin memetikmu untuk menemani tidurku..
Oh bintang kecilku..

Oppppss, gak terasa lumayan lama aku diteras. Dua jam sudah hanya untuk memandang bintang dan menulis sebuah puisi yang tergolong sederhana itu. Sekarang saatnya aku tidur karena besok akan menjalani aktifitas seperti biasa. Dan malam ini aku bisa tertidur lelap karena sudah menuangkan semua angan dari a sampai z hingga terbentuklah sebuah puisi yang menjadi saksi.
Tring..Triing..Triiing...suara alarm menunjukkan jam 05.00. Wah gawat, suara adzan pun aku tak dengar karena tadi malam lembur, hiihiii. Inilah yang aku alami dirumah kalau mama tidak ada, karena biasanya mama yang bangunin(maklum manja). Cepat-cepat sholat subuh dan siap-siap seperti biasa. Sudah merasa cantik, akupun turun dan langsung menuju meja makan tanpa banyak bicara langsung makan satu roti dan minum susu yang sudah disediakan bi Inem yang udah lama banget kerja dirumahku, jadi sudah terasa seperti keluarga sendiri. Sering aku menjaili bi Inem dengan tingkahku yang manja minta ampun dan alhasilpun akhirnya aku bisa buat bi inem ketawa yang gampang banget tertawa walaupun kadang-kadang bukan sesuatu yang lucu. Hehehe..
Dalam perjalanan menuju kampus, lagi-lagi aku terus mencoba menyusun unsur-unsur kata yang berkecimpung tanpa permisi diotakmu. Untuk menjadikannya nyaman, terpaksa aku jadi tukang parkir dan membuatnya agar terlihat lebih bermakna. Ditambah lagi ketika melewati sawah dan burung yang berterbangan dengan riang, makin banyak kalimat-kalimat liar yang datang hingga membuatku menginjakkan rem mobil dan sejenak memandang keindahan alam pagi ini. Mencuri waktu hanya untuk memanjakan khayalan dan menulis beberpa kalimat di MBF. Hehehe..Lamunanku buyar ketika ada suara klakson mobil yang tidak asing lagi buatku. Dia adalah hhhmmm, kekasihku yang sejak kami SMA sudah mengenal satu sama lain dan memberanikan untuk saling mengikat dengan tali pertunangan ketika menginjak bangku kuliah, tentunya yang sudah dapat restu dari orang tua.
Berlagak manja dan sok tidak tahu dan akhirnya dia yang menyapaku duluan, hihihi. “Sayang, pasti seperti biasakan. Yuk kekampus naik mobilku, mobilmu biar Pak Hasim (tukang kebun yang merangkap jadi sopirku kadang-kadang dirumahku) yang bawa”. Senyum manja “Kok kamu bisa sama Pak Hasim sih yank ?”. Dengan pelan dia menjelaskan “Tadi pas mau jemput kamunya berangkat duluan, terus aku tahu pasti kamu berhenti disini yaudah aku bawa Pak Hasim aja”. Tanpa banyak protes karena senang kamipun langsung berangkat kekampus bersama, so swiiitkan..hyoohoo..
Ya begitulah aku dan Ferdy, sepertinya tidak ada hari tanpa bersama walaupun cuma beberapa menit. Saat ini aku dan Ferdy sama-sama kuliah di kampus sama yang berbeda fakultas. Ferdy mengambil jurusan Teknik Informatika dan aku mengambil jurusan kedokteran yang merupakan cita-citaku sejak kecil. Semua yang aku mau harus selalu aku dapatin, tidak peduli alasan apapun dan sepertinya orang tua sangat mengerti aku karena selalu memberikan semua kebutuhan yang aku mau. Tapi ada satu keinginan yang tidak pernah terwujud, aku ingin memiliki saudara, kakak ataupun adik tapi itu tidak pernah bisa terwujud hingga saat ini karena waktu mama melahirkanku dia harus menjalani operasi dan tidak diperbolehkan dokter keluargaku untuk melahirkan kedua kalinya yang akan membahayakan kesehatan mama. Karena alasan itu, orang tua sangat menyayangi dan memanjakanku.
Aku sering merasa kesepian karena mama dan papa sering keluar negeri untuk urusan bisnisnya, kadang aku merasa benci dengan keadaan ini namun aku juga mengerti bahwa semua itu juga untuk aku. Itulah salah satu alasan kenapa aku menjadi seorang penghayal dan penulis diary yang episodenya tanpa akhir dari sebuah cerita. “Udara pagi ini segar ya dek ?”, menoleh kearahnya sambil senyum dan menjawab “Iya bg”. Panggilan aku dan Ferdy berubah, bisa apa aja yang penting hati senang. Karena dia bukan hanya seorang kekasih buatku tapi juga seorang kakak, sahabat, kadang juga jadi sopir pas waktu kayak gini, hihihi. Sambil memandang kearah sawah yang terbentang luas “Pelan-pelan bawa mobilnya Pak Supir”, terdengar tawa yang sangat kusuka dan bisikan halus “Iya ratuku”.
Tidak terasa 20 menit dalam mobil yang diisi dengan canda dan tawa akhirnya aku dan Ferdy sampai kekampus. Aku dan Ferdy pun berpisah dilobby ketika harus menuju kelas masing-masing “Istirahat kantin biasa ya bu”, sambil berjalan “Siap bos”. Tepat pukul 07.20 aku datang kekelas dan terlihat disana seorang gadis yang sibuk entah apa yang sedang dilakukannya. Dia yang selalu mengingatkanku ketika aku salah, menerima aku sebagai soulmatenya dengan semua kelemahan dan apa yang aku miliki atau yang tidak aku punyai. Dia adalah Tika gadis cantik, baik, lucu juga kadang-kadang, selalu ada waktu untuk menggila bersamaku, dan terpenting dia adalah sahabat yang selalu mengerti aku. Karena kelembutannya itu, dia salah satu gadis yang menjadi incaran semua cowok dikampus dan ketika bersamaku alhasil kami diberi gelar dua ratu pinang belah dua, ada-ada saja istilah mereka untuk kami. Tapi walaupun begitu, kami telah menjatuhkan hati masing-masing kepada pria yang begitu sempurna bagi kami berdua. Pacar Tika sendiri adalah Ary yang merupakan sahabat Ferdy, jadi waktu kencanpun kami juga sering sama-sama.
Masih ada waktu beberapa menit untuk sedikit bercanda dengan sahabat yang kusayang ini. Tanpa banyak bicara langsung saja aku menyodorkan puisi yang kubuat tadi malam, dan Tika pun langsung membacanya seperti seorang kelaparan yang menunggu makanan datang. Setelah beberapa menit, Tikapun berkomentar yang tidak jauh berbeda dengan pikiranku tadi malam. Tiba-tiba bu dosen datang yang membuyarkan konsentrasi khalayan aku dan Tika. Pelan tapi pasti bu Rina mendekatiku dan Tika, seperti yang kupikirkan dia menanyakan puisi terbaruku. Maklum, bu Rina ini salah satu penggemar puisi yang ku ciptakan (seperti artis saja pakai penggemar segala). Dan seperti biasa, kuberikan beberapa puisi yang telah berhasil kubuat hasil dari rampasan kamus dikepalaku.
Setelah usai mata kuliah pertama hari ini yang menyenangkan buatku, akhirnya aku dan Tika pergi kekantin biasa. Dalam perjalanan tidak ada sedetikpun yang terlewati tanpa cerita lucu terkadang lumayan konyol yang keluar dari bibirku atau Tika. “Ya, pangeran kita sudah menanti rupanya” dan sambil melihat kearah yang ditunjukkan oleh ibu jari Tika aku menjawab “Iya, tadi Ferdy bilang sms udah nunggu tapi lupa bilang kamunya. Abisnya kita asyik sendiri, coba gih liat Hpmu pasti Ary juga sms”. Tanpa banyak komentar dan Tika membuka Hpnya, beberapa detik kemudian terdengar suaranya yang membaca sms dari pacarnya. Cintaku, cintamu sudah menunggu tempat biasa”. ”Nahkan, apa yang kubilang” dan kamipun bergegas menuju kantin. Seperti pangeran yang sedang menunggu permaisurinya Ferdy dan Ary bersamaan mengucapkan kalimat yang sama “Sayang gak perlu pesan, makanan kesukaan kamu udah dipesan dan bentar lagi datang”. Aku dan Tika hanya tertawa dan tersenyum manja kepada mereka. Saat-saat seperti ini memang sering terjadi, tidak hanya dikantin. Ditempat lain, seperti restoran, rumah, dan lain-lain juga selalu seperti itu. Ada saja kejutan dari mereka berdua untuk kami yang membuat kami semakin cinta. Hohoho..
Mata kuliah terakhir pun selesai, aku dan Ferdy cepat-cepat pulang. Sampai dirumah, ternyata mama dan papa sudah pulang. Senangnya rasa hatiku, karena sudah satu minggu mama dan papa tidak dirumah dan lamanya seperti satu tahun saja. Langsung kupeluk mama papa dan mencium keduanya, seperti biasa selalu ada oleh-oleh untukku yang tanpa diminta selalu ada setiap kali mama papa bepergian. “Sayang, nih sweater couple buat kamu sama Ferdy” kata mama, akupun langsung membuka bungkusnya “Waah keren banget ma, siapa yang memilih mama atau papa ?” Tanyaku setelah melihat sweater itu. Mamapun menjawabnya sambil membelai rambutku “Mama papa dong yang memilih, sukakan ?” sambil tertawa aku menjawab “Mama ma Papa masih gaul juga ya”, terdengar Ferdy menimpali “Huss kamu nie dek, Mama Papa pun dibilang gitu” dan ruangan pun penuh dengan suara tawa dan canda kami.

Bersambung ,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar