Selasa, 06 Maret 2012

Fenomena Pencuci Otak

Oleh :
DIYAH DEVIYANTI
STMIK PONTIANAK
2011

A.    Gambaran Pencuci Otak

Akhir-akhir ini, tengah ramai deperbincangkan masalah pencucian otak, khususnya di kalangan mahasiswa. Pencucian otak yang terjadi akhir-akhir ini ramai diisukan sebagai gerakan dari sempalan NII KW 9, dikatakan sempalan karena memang gerakan ini bukan gerakan yang resmi bernaung di bawah NII KW9, namun hanya mengatasnamakan saja. Perekrutan ini pun sudah banyak meresahkan masyarakat, khususnya para orang tua mahasiswa.
Bagaimana tidak, mahasiswa yang sudah direkrut biasanya akan dibawa ke suatu tempat yang tidak diketahui lokasinya dan para korbanpun diminta untuk menyerahkan uang kepada "pencuci otak" nya dengan dalih untuk pengembangan Negara Islam atau untuk jihad. Karena status mereka adalah mahasiswa yang notabene belum berpenghasilan, maka mereka diminta untuk berbohong kepada orang tua mereka untuk meminta uang, entah dengan dalih untuk membayar uang kuliah, ataupun untuk mengganti laptop temannya yang hilang.
Jika ditelusuri lebih lanjut, fenomena ini ternyata memang beroperasi di kalangan mahasiswa saja. Gerakan ini menyusup ke dalam kampus melalui lembaga-lembaga dakwah yang ada di kampus untuk kemudian merekrut anggota dari dalamnya. Umumnya, target mereka adalah mahasiswa-mahasiswa fakultas umum yang tidak terlalu paham akan ajaran agama Islam yang sebenarnya. Dan jika mereka sudah berhasil merekrut satu orang atau dua orang, maka akan memudahkan jalan mereka untuk mengembangkan jaringannya di kampus tersebut. Orang tersebut akan merekrut kawan dan saudara-saudara dekatnya, dan dari situlah gerakan tersebut meluas.
Hal ini tentu saja menjadi sebuah ironi. Di tengah keinginan para mahasiswa untuk lebih mendalami Islam, justru ada orang yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyesatkan pemikiran dan pemahaman mereka. Tentu saja para mahasiswa yang menjadi korban itu pada awalnya ingin mengenal Islam, namun dengan kelihaian dan kecerdikan mereka memutar balikkan fakta dan realita, mereka dapat mencuci otak para korbannya tersebut.
Di sini, peran lembaga dakwah kampus pun dipertanyakan. Tidak ada yang mengharapkan bahwa akan timbul dari dalam lembaga dakwah tersebut sebuah anggota sempalan yang merugikan mahasiswa. Terlihat di sini ada kelengahan dari mereka untuk mengantisipasi hal-hal semacam ini. Mungkin memang sulit, apalagi di tengah mahasiswa yang ribuan jumlahnya, tapi tentu saja hal ini menjadi sebuah ironi ketika ada satu orang saja yang berhasil menyelinap masuk dan mempengaruhi mahasiswa lain. Hal ini perlu dicatat dan diperhatikan secara seksama, agar lembaga-lembaga dakwah yang ada di kampus lebih awas dan berhati-hati terhadap anggotanya yang mencurigakan.
Selain itu, pihak kampus pun harus lebih hati-hati dalam memantau keberadaan orang-orang yang mencurigakan di kampusnya. Tak bisa dipungkiri, di kampus yang mahasiswanya berjumlah puluhan ribu tentu saja akan sangat sulit untuk mengantisipasi hal tersebut, namun dengan pengawasan yang lebih intens disertai dengan kerjasama dengan pihak orang tua, maka fenomena ini dapat diminimalisir. Di sini, langkah-langkah yang sudah ditempuh pihak kampus sejauh ini sudah tepat.
Satu hal lagi yang turut jadi perhatian penulis, kurangnya pemahaman mahasiswa akan hakekat Islam. Inilah yang setidaknya perlu ditanamkan secara mendalam di diri tiap mahasiswa. Banyak mahasiswa kita yang belum begitu paham akan hakekat Islam.
Dengan tabiat mahasiswa yang curiositynya begitu tinggi, wajar saja jika kemudian mereka beralih ke orang-orang yang mereka anggap paham agama, sekalipun orang-orang tersebut pada kenyataannya menyesatkan mereka. Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam saat ini, mampukah pemahaman agama ini disebarkan kepada masyarakat luas, sehingga pengaruh-pengaruh sesat seperti ini dapat diminimalisir.
Lembaga dakwah kampus di sini dapat kembali mengambil peranan. Dilihat dari namanya, jelas tugas utama mereka adalah berdakwah di kampus. Gerakan dakwah mereka pun bisa bermacam, antara lain dengan dakwah verbal, maupun dengan perbuatan. Di sini, jangkauan mereka tentu saja harus mencakup seluruh mahasiswa, tidak hanya para anggota saja. Mereka mungkin dapat menyebarkan suatu buletin atau artikel-artikel tentang Islam, sehingga para mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal Islam lebih dalam.
Selain itu, pihak kampus dapat lebih mengambil peran dalam pemahaman Islam lebih dalam kepada para mahasiswanya. Hal ini mungkin dapat ditindaklanjuti dengan penambahan beberapa mata kuliah keislaman ke dalam kurikulumnya. Selain itu, pihak kampus dapat mewajibkan ujian agama atau sejenisnya dalam ujian masuknya, sehingga para mahasiswapun terdorong untuk memahami agamanya lebih dalam.
Terlepas dari itu semua, masih banyak tantangan-tantangan yang perlu dihadapi oleh umat Islam. Fenomena pencucian otak ini tentu saja menjadi suatu keprihatinan tersendiri. Diperlukan langkah-langkah konkrit agar fenomena ini dapat di atasi. Dan tentu saja, dibutuhkan peran semua pihak agar hal ini dapat diatasi.
Cuci otak dinilai lebih berbahaya dari terror bom. Pasalnya, bila bom hanya melukai atau paling berat mematikan, cuci otak akan merusak sebuah generasi dan diwariskan ke generasi berikutnya. Ironisnya, polisi hingga kini belum bisa mengungkap dan ‘membersihkan’ jaringan pencuci otak ini (Jatim Hamy Wahjunianto, Ketua DPW PKS, Minggu 24/4/2011).
Para pencuci otak ini selalu memakai varian-varian baru untuk mendekati calon korbannya. Namun modus yang digunakan setelah korban merasa tertarik dari tahun ke tahun selalu sama. Sekadar diketahui, NII memiliki struktur seperti sebuah negara, yang anggotanya juga memiliki jabatan mulai ketua RT, lurah, camat, hingga presiden.
Kelompok-kelompok yang gemar melakukan pencucian otak kini semakin lihai beraksi. Tidak hanya melalui pertemuan langsung atau face to face, kelompok itu juga mencari target melalui jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter(Crisis Center Sukanto, Ketua Tim Rehabilitasi NII, Rabu 13/4/2011).


B.    Penanggulangan Diri / Anti Virus

NII masuk bagaikan virus yang menyebar dari satu komputer ke komputer yang lain. Begitu cepat dan bahkan sulit untuk dideteksi. Salah satu sasarannya adalah para pemuda.
Para pemuda masih memiliki semangat yang berapi-api. Semangat mereka kadang bahkan lebih besar dari kekuatan fisik mereka. Biasanya pula banyak pemuda yang masih belum selesai dengan masa puber mereka. Masih banyak pemuda yang belum menemukan jati diri mereka sendiri. Inilah yang menjadi sasaran empuk NII. Tambah lagi dia adalah mahasiswa yang sedang jauh dari orang tua. Sasaran seperti inilah yang sering dicari para pencuci otak.
Mahasiswa masih memiliki semangat yang besar. Banyak dari mereka yang baru mulai belajar mandiri. Banyak pula yang sedang bersemangat mencari teman baru ataupun ilmu baru. Nah, celah di sinilah yang dimanfaatkan NII.
Seperti halnya di kampus, banyak mahasiswa yang ingin lebih dalam mempelajari ilmu agama. Namun oleh NII, keinginan kuat mereka dibelokkan. Sayang sekali. Keinginan mulia para mahasiswa ini dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak baik. Selain itu yang menjadi sasaran NII juga termasuk mahasiswa yang tertutup. Istilah populernya adalah mahasiswa Kupu-kupu, Kuliah pulang, kuliah pulang.
Seperti halnya sebuah komputer, untuk menangkal virus yang masuk, komputer tersebut harus dibekali dengan antivirus. Begitu pula pada diri kita. Kita harus sesegera mungkin meng-install antivirus untuk mencegah NII menyusup dalam pikiran kita. Ada banyak opsi antivirus yang ada. Namun, akan lebih terasa aman jika kita mencobanya semua.
Antivirus yang pertama bernama komunitas. Mayoritas yang menjadi sasaran NII adalah mahasiswa yang tertutup atau mahasiswa yang masih dalam status mencari teman. Dengan berada dalam sebuah komunitas, kita akan lebih aman dari jeratan NII. Apabila bingung memilih komunitas, ikut saja Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) resmi yang terdaftar di kampus. Karena tak jarang NII pun juga akan membentuk sebuah komunitas.
Antivirus kedua adalah perhatian. Seperti halnya pada antivirus pertama, NII juga banyak menyerang mahasiswa yang kurang perhatiannya. Antivirus ini menjadi fokus untuk orang tua agar memperhatikan anaknya, juga komunitas-komunitas tadi terhadap anggotanya.
Antivirus ketiga adalah buku. Mahasiswa yang haus akan pengetahuan baru juga menjadi sasaran utama NII. Beberapa kasus menggunakan modus diskusi. Calon korban diajak diskusi mengenai jihad, negara, dan Islam. Namun sejatinya NII banyak membelokkan istilah-istilah tersebut. Bagi mahasiswa yang kurang bacaannya, ini menjadi ancaman besar. Karena apabila kita telah kalah argumentasi, argumentasi-argumentasi dari NII akan semakin mudah kita terima. Oleh karena itu, perbanyak referensi bacaan kita.
Antivirus keempat adalah iman. Setiap agama pasti mengajarkan hubungan baik kepada setiap manusia. Jangan lupa untuk senantiasa memperdalam pengetahuan tentang agama kita. Terutama agama Islam. Karena dari banyak kasus, mayoritas yang menjadi korban adalah seorang muslim. Tidak usah takut untuk bertanya tentang pengetahuan keagamaan. Karena itu bisa menjadi senjata kita untuk melawan argumentasi dari NII.
Dan yang terakhir adalah penyeleksian bagi para pengguna internet. Sebaiknya pengguna internet atau jejaring sosial seperti facebook, twitter, dll menyaring terlebih dahulu teman-teman baru. Apalagi jika mendadak 'didekati' oleh seseorang yang tidak dikenalnya. Kalau tiba-tiba ada yang intens mendekati, mengajak ngobrol lewat jejaring sosial, sebaiknya waspada atau abaikan saja.
NII bisa datang kapan pun dan dari arah mana pun. Segera perkuat diri kita dengan antivirus yang menjadi andalan kita. Kepada para orangtua diharapkan untuk tidak melepas perhatian kepada anaknya. Namun jangan pula terlalu over defensif karena bagaimanapun juga status mereka juga mahasiswa dan sudah ingin dianggap dewasa. Mereka akan merasa tidak nyaman jika perhatian yang diberikan berlebihan.
Untuk menghambat penyebaran virus ini kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan pemerintah. Mari bergerak bersama untuk membuat Indonesia yang lebih damai.



Daftar Pustaka

Url :   1.  http://kampus.okezone.com/read/2011/05/06/367/454017/menginstall-antivirus-nii
2. http://www.detikinet.com/read/2011/04/13/140539/1615491/398/awas-pencuci-otak-juga- berkeliaran-di-fb-dan-twitter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar