Pagi ini kuterbangun
tanpa seseorang yang begitu lucu, manja, periang, baik, dan sangat kusayang
disampingku. Semua ini berawal ketika waktu itu dia harus pergi untuk
selama-lamanya meninggalkan aku dan keluargaku. Kini, pagiku terasa sepi tanpa
canda dan tawanya, pagiku terasa membosankan tanpa tingkahnya yang begitu
manja, hanya bonekanya yang bisa kupandang tanpa berbicara ketika aku bangun,
tanpa mencium pipiku dengan manja ketika kumemegangnya.
Hidupku dan keluargaku
sangat bahagia ketika dia masih bersama kami, ketika dia selalu mengisi
hari-hari dengan semua sifatnya yang membuat kami rindu ketika sehari saja
tidak melihatnya.
Pagi yang begitu cerah,
aktifitas dalam rumah ini seperti biasa. Mama sibuk menyiapkan sarapan untuk
ketiga orang yang sangat disayanginya, sedangkan Papa sibuk mempersiapkan diri
untuk pergi kekantor tapi masih saja sering minta bantuan mama, nah kalau aku siap-siap
untuk pergi kekantorku, dan satu lagi adikku yang paling bawel sok sibuk atau
apa ya karena ujung-ujungnya minta bantuan aku untuk semua aktifitasnya. Hari
ini, hari pertamanya masuk perguruan tinggi jadi sebelum papa dan aku pergi
kekantor, kami harus mengantarkan dia dulu kekampusnya.
Setelah duduk 30 menit
dan mendengarkan semua cerita si bawel, akhirnya kami sampai kekampusnya.
Dengan senangnya dia turun sambil melihat kedalam mobil dan berkata “
Mama, Papa, Kakak mulai saat ini jangan panggil aku si bawel lagi. Aku udah
kuliah nie, panggil kayak dulu ya, Ok ?” dengan tingkah manjanya meninggalkan
mobil tapi beberepa saat kemudian dia berbalik ketika papa hampir menginjakkan
gas mobil dan berteriak “papa tunggu”, “apa sih dek ?” tanyaku. “Huuuh,
jangan karena aku udah kuliah kalian lupa cium keningku” jawabnya dengan manja.
Dengan cepat mama keluar mobil “sini sayang” dan mencium pipinya kemudian aku
dan papa. Setelah itu, sambil tersenyum papa berkata “ya sudah, kuliah yang
benar ya dek” dan kamipun pergi. Masih teringat jelas dikepalaku ketika kami
mengantarkannya untuk pertama kali dia kuliah di Universitas dan jurusan yang selama ini
dia inginkan serta merupakan cita-citanya sejak kecil.
Pernah suatu ketika aku
sangat lelah dengan urusanku dikantor, dan seperti biasa si bawel dengan
tingkah manjanya menggodaku seperti biasa yang pada akhirnya aku bisa melupakan
masalahku tapi ketika itu semuanya berbalik, aku malah marahin dia. Kelihatan
jelas dia sangat kecewa dan aku gugup harus bagaimana hingga dia tertidur tanpa
memelukku. Saat itu aku baru sadar, betapa pentingnya candanya untukku dan
keluargaku. Kupeluk dia erat-erat hingga akupun tertidur dengan terus
memeluknya.
Ketika mentari telah
menampakkan wajahnya, aku terbangun dan adikku telah siap untuk pergi kekampus,
pertama kalinya dia bangun tanpa kubangunkan, bersiap sendiri tanpa bantuanku,
dan gerak-geriknya seperti masih takut kepadaku karena kejadian tadi malam.
Kupanggilnya dan dia hanya memberikan senyumnya kepadaku, langsung dengan cepat
kuberlari memeluknya dan minta maaf. “Adik, maafin kakak tadi malam, kakak
tidak bermaksud untuk marah sayang” dan dengan gugup dia menjawab sambil terus
erat memelukku “iya gak apa-apa kak, hanya saja adik takut itu terulang lagi”
sambil menangis. Kucium keningnya dengan lembut dan menghapus air matanya.
Kini, semua cerita
tentang kebersamaan kami dengannya hanya bisa kuingat dalam ingatanku. Semua ini
berakhir ketika kami harus kehilangannnya karena penyakit yang selama ini dia
rahasiakan dari kami keluarganya. Teringat jelas detik-detik terakhir kumemandangnya
hingga terakhir kali kumelihat hembusan nafas terakhirnya diruang kamar rumah
sakit yang beberapa minggu menjadi kamar adikku karena penyakitnya. Kanker otak
yang telah lama dideritanya tanpa sepengetahuan kami akhirnya memperlihatkan
kemenangannya dengan merenggut nyawa adikku. Ketika itu dia sempat berkata
seolah berbisik karena hanya sebesar itu suara yang sanggup dia keluarkan.
Sambil memegang erat tanganku dan mama dia berkata “Mama, papa, kakak, adik
minta maaf kalau selama ini selalu menyusahkan kalian, membuat kalian marah,
kalian sangat berarti untukku, ada puisi untuk kalian yang adik tulis dalam
buku diary dikamar kita kak” tanpa membiarkan kami menjawab, nafas terakhirnya
berhembus seraya dia selesai mengucapkan kalimat terakhirnya itu.
Setelah pulang
pemakaman, dengan bergetar kubuka diary yang dikatakannya waktu dirumah sakit,
sambil menangis kubaca dihadapan mama dan papa,
Aku
gadis kecil yg berjalan dipadang masa..
Walau
memiliki tujuan tapi tetap kurasakan hampa..
Langkah
kakiku terus beranjak meski kutau aku tidak akan pernah bisa sampai ketempat
itu..
Hingga
saat ini aku masih bertahan karena kumiliki tiga berlian..
Kedua
tanganku memegang erat tanpa menghiraukan betapa lelahnya aku saat ini..
Sungguh
berharga berlian yang kumiliki tapi bukan karena nilainya..
Hanya
saja kusadar orang lain tidak akan pernah memiliki berlian seperti yang kupunya..
Tapi....
Aku
hanya gadis kecil yang tidak bisa merubah garis takdirku..
Sesuatu
yang kusimpan rapat dalam relung jiwaku kini telah mulai menunjukkan dirinya..
Hingga
datang suatu masa, tiga orang yang kuanggap berlian tau apa yang kurahasiakan selama
ini..
Dimana
pada saat itu aku telah tidak bisa mendengar detak jantungku, merasakan denyut
nadiku, dan menghirup udara dengan nafasku..
Hanya
satu kalimat terakhir yang kusisipkan dalam puisi ini..
"aku
sayang kalian yang membuatku menjadi seorang gadis, mama, papa n kakak"
Dan selesai sudah kubaca puisi, setelah itu
kurasakan gelap dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Selesai
Selesai
Dalam ceritanya...
BalasHapus:)
Semangat ya...
hehee,.iya
BalasHapusCuma cerpen ajja :D